BURUNG MANGUNI

Ditugaskan Jaga Keturunan Toar-Lumimuut
Mitos Burung Manguni Laporan Tenni Assa BAGI rakyat Minahasa burung Manguni atau juga dikenal sebagai burung hantu, tidak sekadar burung kebanyakan. Burung Manguni diyakini sebagai burung istimewa yang juga mempunyai tugas khusus dalam menjaga keselataman umat manusia. Tak heran jika Kabupaten Minahasa juga daerah-daerah pemekaran dari Kabupaten Minahasa masih tetap menggunakan burung Manguni dalam logo daerahnya. Chep Ngangi dalam tulisannya berjudul Tugas Burung Manguni dan Opo-Opo seperti dikutip dalam www.Kearifanlokal.blogspot.com menyebutkan, burung Manguni adalah salah satu ciptaan oleh Roh atau Opo paling atas yang menguasai langit dan bumi. Oleh ‘Opo Empung Wananatas’ tersebut menugaskan kepada burung Manguni (mauni : mengamati) untuk menjaga keselamatan anak-cucu Toar-Lumimuut, berjaga-jaga pada malam hari, tidak boleh tidur dan diberi kemampuan bunyi siul berbeda untuk signal aman atau bahaya. Burung Manguni yang dinamakan ‘Hoot’ (Jawa: burung hantu), bentuknya sebesar burung Kakatua, berbulu hitam keabu-abuan, matanya bulat membelalak menghadap ke depan, ada pula jenis kecil ‘Tootosik’ dinamakan sesuai bunyi siulannya. Pada saat “bertugas” mereka bertengger membelakangi arah datangnya berita, apa bila pertanda baik siulannya syahdu dan apabila ada bahaya suaranya tergesa-gesa lemah seakan berbisik. Pertanda akan ada kemenangan mutlak bila ‘hoot’nya nyaring mengalun dan dilakukan berturut 3 kali 9 (‘telu makasiou’). Atas dasar pemikiran ini maka Jan Timbuleng (sekampung dengan Penulis, Walian) menamakan pasukan Permestanya ‘Brigade 999’ atau Triple Nine. Masih ada jenis burung malam “Ki’ek” yang sambil terbang menyambar rendah dengan suara melengking (satu kali saja) selalu membawa berita ‘awas bahaya sudah dekat’. Ada lagi jenis burung Kookokuk yang belum pernah dilihat karena tempatnya jauh dalam hutan, apabila siulan “kookokuk” nya mendekat menandakan bahaya semakin dekat dan bila suara jauh melemah artinya lawan telah menjauh. Pada siang hari lanjut Chep Ngangi ada burung “Menge’ngekek”, sebesar terkukur, bulu coklat, sayap kuning, ekor hitam panjang apabila tetap bertengger dibelukar dengan suara tawa mengejek tanda ‘awas waspada’ dan bila dia terbang rendah memintas di depan dengan suara panjang “nge’ek” berarti sebaiknya berhenti sebentar atau batalkan perjalanan. Kicauan burung ‘Kuoo’ dan ‘Kowkow’ bersahut-sahutan pada pagi hari menandakan suasana gembira dan tenteram, dan yang sekali-sekali diselingi suara ngantuk berat dari burung ‘Mu’kurz’ yang dijuluki roh penjaga hutan yang kesiangan. Dia meyakini burung-burung tersebut belum melupakan tugas yang diberikan oleh Penciptanya, namun kemajuan teknologi komunikasi moderen dan peralatan deteksi mutakhir telah mengambil alih kewajibannya dan mungkin pula burung-burung tersebut tetap memberi pertanda akan peristiwa kekerasan dan bencana yang akan terjadi, tapi karena habitatnya sudah tergusur jauh ke dalam hutan, maka siulan warning-nya sudah tak terjangkau oleh pendengaran manusia.

Narasumber:www.mdopost.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "BURUNG MANGUNI"

Posting Komentar